Jilbab Memang Wajib, Tapi..

Kalau memang banyak orang Indonesia belum siap berjilbab, mungkin cara ini patut dicoba: pakai kerudung.

Geger kontroversi seorang tokoh yang mengatakan jilbab tidak wajib membuat kehidupan bermasyarakat di media sosial terusik lagi. Pro dan kontra, seperti biasa, mengiringi cuitan di twitter mau pun coretan di dinding facebook.

Pikiran saya dalam hal ini ada di tengah2, meski saya percaya dan yakin jilbab itu wajib tapi saya pikir perlu ada jembatan antara gagasan2 yang menyelubungi masalah ini, salah satunya ya tadi, lakukan pendekatan perlahan2.

Tahun 1990an saya ingat sekali di kampung saja Junggede, Pemalang, tidak banyak perempuan memakai jilbab secara rapat. Lingkungan yang dikenal abangan dan diselingi kalangan nahdliyin yang khas di kehidupan pantura saya hanya ada perempuan memakai kerudung, termasuk kalangan muda yang berkerudung (menyelempangkan kain di kepala dan membiarkan rambut bagian depan terbuka). Sementara ibu2 dan nenek2 mengikatkan kain di sekujur kepala bagian atas dan membiarkan telinga dan tengkuk mereka terlihat.

Gambaran ini persis seperti penggunaan kerudung oleh komisaris Garuda independen sekaligus putri almarhum mantn Presiden RI Abdurrahman wahid, Yenny wahid atau kader PDIP yang namanya tengah naik daun, Dewi Tanjung.

Mengapa saya gagas demikian, sebab memperkenalkan penggunaaan jilbab secara menyeluruh membutuhkan waktu dan orang Indonesia terurama kalangan Islam tidak semuanua siap. Indonesia bukan Pakistan, Afganistan, Iran, atau bahkan India yang punya budaya tua soal menutupkan kepala bagi kalangan wanitanya.

Teringat saya pernyataan seorang kawan, yang berkata Indonesia belum akan seperti negara2 Timur Tengah. Menurutnya, untuk mengalami revolusi seperti Mesir saja belum sampai, apalagi menjadi negara khilafah sepenuhnya (maka dari itu kaum sekuler NKRI tak perlu takut dengan isyi khilafah atau Indonistan).

Kelindan antara pernyataan kawan saya dengan apa yang saya tulis ini adalah, kekhawatiran kita akan berubahnya wajah Indonesia menjadi bangsa penuh kecamuk itu sangat mentah. Belum teruji dan tak perlu dikhawatirkan karena orang Indonesia memang tidak berbakat untuk menjadi bangsa yang suka perang.

Di sisi lain, kalangan Islam yang memang ingin mengkaffahkan penerapan agama di NKRI juga berpeluang sukses jika dilakukan pendekatan yang ringan2 dulu.

Jilbab ala Yenny wahid atau Dewi Tanjung akan lebih masuk akal bagi kalangan islam sekuler dan abangan yang memang belum dididik tentang wajibnya menutup sebagian kepala. 

Biarkan mereka memasuki ruang2 religi seperti majelis taklim atau tabligh akbar, buat mereka nyaman dengan itu sampai akhirnya mereka percaya diri mengenakannya di berbagai acara. 

Comments

Popular posts from this blog

Disiplin Diri

Gunung

Piala Dunia