Posts

Showing posts from January, 2020

Satu di Antara Mimpi2 Saya: Mengembalikan Kebesaran Bahasa Jawa

Scripta manent verba volant Kegelisahan hati sejak lama membuncah setiap mendengar pitutur dari bahasa latin tersebut. Sebagai putera asli Jawa saya berangan2 bahasa ibu saya ini bisa lestari turun temurun ke anak, cucu, buyut, canggah, wareng, udhek2, gantung siwur, gropak senthe, debog boaok, galih asem dst. Semua orang tahu semakin ke sini penutur bahasa Jawa semakin terkikis jumlahnya. Perkembangan jaman dan majunya tekonologi membuat bahasa Jawa semakin ditinggalkan lantaran penuturnya lebih memilih kemindon dan keminggris. Meski sedikit terselamatkan dengan adanya kesadaran berbahasa Jawa dari segelintir kalangan muda dan tokoh2 semacam Sujiwo Tejo, bahasa Jawa selebihnya hanya dikenal sebagai bahasa verbal, bukan bahaaa tulisan. Saya jarang sekali mendapati adanya buku bacaan atau situs berita yang menggunakan bahasa Jawa. Padahal penutur bahasa ini masih besar dan suku Jawa pun menjadi suku terbesar di negeri ini. Pertanyaan saya, akan sampai kapan bahasa Jawa bertahan

Merasa Tak Ikhlas Beribadah? Jalan Terus!

Pernahkah terlintas dalam benak kita, mungkinkah berdoa, sembahyang, atau berzikir kepada Allaah tanpa ada embel2 duniawi di sebaliknya? Mungkin ada beberapa dari pembaca blog sederhana saya yang budiman yang pernah mendengar nama dan kisah Rabiah al Adawiyah? Sufi wanita mahsyur ini dikenal akan kecintaannya yang luar biasa terhadap Sang Pencipta. "Aku mengabdi kepada Tuhan bukan karena takut neraka Bukan pula karena mengharap masuk surga Tetapi aku mengabdi, Karena cintaku pada-Nya Ya Allah, jika aku menyembah-Mu karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya Dan jika aku menyembah-Mu karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya Tetapi, jika aku menyembah-Mu demi Engkau semata, Janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajah-Mu yang abadi padaku" Puisi di atas merupakan sepenggal dari puisi2 terkenal gubahan Rabiah kepada Sang Khalik. Soal tidak ikhlas dalam ibadah ini dan sering malu jika mengingatnya. Saya malu karena saya tampak tidak ikhlas melakuk

Tentang Suami Yang Merindukan Pulang #2

Fi.. Apa salahku memakai kamu sebagai orang kedua jamak Kukira semua orang pun mengetahui, bau tanah Pakintelan selepas diguyur hujan adalah sesuatu yang mencandukan Aspal Ungaran yang mengepul tipis2 tak lama setelah matahari menghangatkan pemukaannya yang lembab Semua itu tak terganti, ada sensasi tersendiri saat kamu menikmatinya bersamaan dengan kerlingan benak kepada harapan Istana dari tatanan bata2 berwarna kelabu, yang diadon dengan rasa hormat untuk tetangga baru dari Pak rohim dengan atap genteng berkerangka galvalum yang timpang di bagian belakang Ada yang lucu di sana, tapi rinduku lebih pekat Fi.. Kuingat saat malam2 kau mendadak terjingkat2 Seekor kucing mengeong di pintu depan meminta masuk dari halaman yang ditumbuhi belukar dan tanaman2 Aku tertawa, berderai2 Tak pernah lagi kulihat rusa, yang kuceritakan padamu ia mungkin lari dari belantara Dan kau berkata menimpali, kamu hidup di Oklahoma Fi.. Pak Gik dan nasi kucingnya itu nolstalgik Kali di si

Tentang Suami Yang Merindukan Pulang

Apa yang kaudambakan dari musim hujan? Ada bulir2 kenangan menetes di sepanjang jalan Salatiga-Watusari, rindu2 tak terperi Emak, Bapak, sanak, kerabat, di benak ini semua melekat, erat Jarot, Eko Sus, Yulianto, Pak Edi dan semua pejuang waktu Sama2 dulu berjuang demi sebaris berita, tentang cerita di seputar wilayah selatan ibukota Juga rumah kita yang sederhana, yang kita raih dengan tetes keringat, darah, dan air mata Bawalah makan, Mas, sms-mu terbaca Kubelah Ungaran dan sebungkus nasi ayam penyet yang kubeli di tepi Sumurjurang Bergoyang2 gontai di setang motor yang membawaku pulang Kau pernah mengeluh, sebab di setiap pagi yang sejuk selepas subuh Aku membeku di tepi meja, menancapkan pandangan pada lembaran2 yang hati2 kueja Malam2 dingin di Semarang di antara Desember dan Januari 2014 janganlah kau beranjak dan berlari Dari sana kita mulai menapaki janji2, cita2 untuk hidup mandiri Satu setengah tahun sudah aku menjauh Menepi di utara Australia yang panas p

Sertifikasi Halal Janganlah Dihapus

Sertifikasi halal konon diwacanakan untuk dihapus, akan disayangkan sekali. "Beberapa tahun ke depan mungkin saya akan pindah, ke Malaysia atau Indonesia. Saya ingin hidup tenteram menjalani kewajiban sebagai muslim di sana, karena banyak masjid dan makanan halal, tidak seperti di sini," demikian uraian Muhammad Abdul Aziz, kawan kuli seperjuangan di kebun kopi milik keluarga Murat. Muhammad (sebagai mana ia biasa dipanggil) adalah seorang pendatang asal Uzbekistan yang tinggal di Mareeba, Queensland Utara Jauh, dan bekerja sebagai buruh tani. Kami beberapa kali bekerja bersama, dan datang menghadiri ibadah di masjid bersama. Impian Muhammad untuk tinggal di negara muslim dengan alasan demi mudahnya mendapatkan makanan halal sangat beralasan. Di Australia, negara kelahiran isteri Muhammad, mendapatkan makanan atau bahan makanan halal tidak semudah di Indonesia. Kita harus memastikan ada label berwarna hijau pada plastik atau mika pembungkus daging. "Jika warnanya merah m

Jilbab Memang Wajib, Tapi..

Kalau memang banyak orang Indonesia belum siap berjilbab, mungkin cara ini patut dicoba: pakai kerudung. Geger kontroversi seorang tokoh yang mengatakan jilbab tidak wajib membuat kehidupan bermasyarakat di media sosial terusik lagi. Pro dan kontra, seperti biasa, mengiringi cuitan di twitter mau pun coretan di dinding facebook. Pikiran saya dalam hal ini ada di tengah2, meski saya percaya dan yakin jilbab itu wajib tapi saya pikir perlu ada jembatan antara gagasan2 yang menyelubungi masalah ini, salah satunya ya tadi, lakukan pendekatan perlahan2. Tahun 1990an saya ingat sekali di kampung saja Junggede, Pemalang, tidak banyak perempuan memakai jilbab secara rapat. Lingkungan yang dikenal abangan dan diselingi kalangan nahdliyin yang khas di kehidupan pantura saya hanya ada perempuan memakai kerudung, termasuk kalangan muda yang berkerudung (menyelempangkan kain di kepala dan membiarkan rambut bagian depan terbuka). Sementara ibu2 dan nenek2 mengikatkan kain di sekujur kepala bagian at

Bahasa Apa Yang Cocok Untuk Membesarkan Anak?

Tadi malam, Selasa (21/1/2020) di ILC saya menemukan uraian menarik dari dalam tenar Sujiwo Tejo. Dalam acara bertajuk muncul2nya kerajaan2 baru du republik, ia mengungkapkan kehidupan sebagai anak raja di dalam masyarakat kerajaan akan terasa "nyeni" dan estetis. Alasannya karena anak2 raja, tidak seperti anak2 biasa yang tumbuh dalam kehidupan republik seperti kita ini, akan dididik sebagai penguasa sedari kecil. "Mereka akan belajar sastra, bermain pedang, beladiri dan belajar yang lain karena mereka sejak lahir sudah memiliki semua yang ada di kerajaan," ujarnya. Satu gagasan yang saya ambil dari penjelasan dalang Jancuk adalah perlunya mengajarkan ilmu berbahasa dan sastra kepada anak sejak dini. Muncul beberapa kali di benak saya, bahasa apa yang akan kamu pakai untik percakapan sehari2 dengan anak2mu. Sejauh ini saya masih memilih bahasa Jawa.  Alasannya bahasa ini masih menjadi bahasa ibu saya dan isteri, dan bahasa Jawa memiliki kosakata lebih luas daripada

Drama

Image
Pilih mana, lebih baik ngeblog jarang2 tapi bermutu apa banyak tulisan tapi remeh temeh bin receh? Atas pilihan ini kawan saya Alfi memilih yang kedua. Baik, saya ada sedikit pikiran yang ingin saya bagikan. Saya terperangah dengan kalimat seorang kawan pengusaha yang sempat saya whatsapp tentang konsep kedai kopi yang saya impikan. Jawabannya begini: Jadikan pengalaman hidup sampeyan sebagai drama. Kawan ini tahu kalau saya bekerja di Australia sebagai buruh di perkebunan kopi. Menurutnya, cerita beriring gambar2 saya semasa bekerja akan memembantu pemasaran dagangan saya kelak.  “Bikin video dan ambil foto sebanyak2nya, pajang di dinding kedai, pembeli milenial akan tertarik karena pelanggan jaman sekarang suka drama,” ujarnya mantap. Milenial menyukai hal2 yang dramatis, apakah itu positif atau negatif? Ada seorang selebtwit yang mencuit soal seorang walikota, yang hobinya marah2 sama anak buahnya. Seorang pengikutnya berkomentar, orang Indonesia suka drama, generasinya suka drama,

Resolusi 2020, Berhenti Berkata "Ah"

Berbakti kepada orang tua, seperti apa pengertian gamblang dari kalimat ini di benak kita? Membuat bangga ayah ibu, mudah atau sulitkah mewujudkannya dalam kehidupan kita sebagai manusia dewasa? Di telinga saya selalu terngiang2 kalimat janganlah mengucapkan ah kepada ibu bapa yang disarikan dari ayat agung kitab suci Alquran. Apakah kita semua berhasil menjalankannya? Saya mengaku belum. Tumbuh dengan kasih sayang kedua orang tua menjadikan saya merasa dekat secara lahir dan batin dengan keduanya, meski tidak jarang saya membuat kesal keduanya dan sebaliknya, saya sering merasa benar hingga bapa dan ibu saya tempatkan dalam posisi bersalah. Terlebih lagi saat usia kita semakin ke sini, dan ibu bapa sudah tidak lagi dalam keadaan terbaiknya. Berapa sering kita menaikkan intonasi suara dalam telepon saat ibu tampak gagal memahami kalimat kita? Astaghfirullah. Ayah yang sekarang berusia di atas 70 pun tak luput dari kekesalan kita karena lamban mencerna pertanyaan kita. Sampai se