Posts

Showing posts from January, 2018

Bro

Siapa yang masih ingat kata sandang untuk memanggil teman kita dulu? Sebelum era teknologi informasi maju seperti sekarang, generasi muda di berbagai daerah belum terhubung dalam satu jaringan, dan keadaan itu tentu ditandai dengan banyaknya perbedaan dalam aspek budaya keseharian. Di tempat saya besar, Comal Kabupaten Pemalang, generasi yang lahir di paruh kedua dekade 1970an dan 1980an punya sebutan tersendiri untuk memanggil kawannya. Salah satunya "pek" yang asal katanya datang dari entah, dan kata "pek" ini begitu masyhur di kalangan kami sampai-sampai kami menganggap diri sendiri keren jika bisa menggunakan kata tersebut dalam pergaulan. Sejak saya pindah ke kota lain selepas SMA dan tak pernah tinggal di rumah dalam waktu yang lama, saya tak pernah tahu lagi apakah kata "pek" ini masih digunakan atau tidak. Beberapa minggu lalu, keponakan perempuan saya yang berusia 9 tahun yang tinggal di Comal pernah menyebut kata "lheh" untuk menega

Hakim

"Lho, pie to?" Hakim mengerang begitu menerima sms saya yang mengatakan pertemuan malam itu batal. Begitulah, reaksinya demikian datar meskipun dia sudah jauh-jauh datang ke Taman KB dari kantornya untuk janjian dengan saya. Hakim tak pernah marah, bahkan menggerutu sekali pun. Dan itulah mengapa persahabatan kami bertahan begitu lama. Bahkan di saat kami terpisah oleh jarak, yakni ketika saya hijrah ke Jogja dan dia di Semarang (dan pernah juga sebaliknya) namun kontak-kontakan tetap kami pertahankan. Pada Rabu (18/1/2018) dini hari kemarin ayahanda Hakim berpulang. Pak Rohadi Suseno namanya, dan seperti saya, beliau putra Pemalang asli. Sentimen kesamaan DNA ini membuat perkawanan saya dan Hakim semakin terasa begitu erat. Suatu hari tanpa sengaja Hakim mengucapkan kosa kata yang sangat khas Pemalang, dan dengan tegas ia mengatakan, ini biasa diucapkan bapak saya. Pak Rohadi yang merupakan pensiunan guru meninggal dunia setelah beberapa waktu bermasalah dengan par

Reza

Selama ini saya tak pernah menyukai karya yang dibuat oleh seseorang yang sudah saya cap jika karya-karyanya tak menarik. Sekalipun ada testimoni dari oranglain, namun selama testimoni itu tidak dari seseorang yang kredibel maka saya tetap tak akan suka. Orang menyebut gejala ini sebagai misantropi, cara pandang terhadap sesuatu yang selalu dari sisi negatif. Tak masalah, toh tak menyukai suatu karya bukan berarti saya membenci pembuatnya. Akan tetapi, cara saya menyikapi suatu karya ini seringkali salah. Dalam urusan musik misalnya, seorang kawan dulu mengkonfrontasi saya karena belakangan saya mendengarkan lagu dari band yang pernah saya cibir sebagai plagiat dan tidak kreatif. Yang terbaru, saya berbalik menikmati suatu karya film yang pada awal kemunculannya dulu saya pandang remeh. Judul filmnya My Stupid Boss (selanjutnya disebut MSB). Film besutan Upi ini mendadak mencuri perhatian saya (iya, saya telat setahun lebih untuk bisa menikmatinya), karena sajian visual dan alur ce

Hijrah

Segera Tiba Waktunya Kuberhijrah Seorang kawan menanyakan, "benarkah hijrah itu bisa ke sembarang?" tak kujawab. Aku punya alasan sendiri mengapa kupilih jalan ini. Di usia 30 ini, aku tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk menggali lebih besar lagi potensi diri. Aku ingin meraup segala kemungkinan atas terwujudnya mimpi, harapan-harapan akan cemerlangnya masa depan. Ini bukan materi melulu, aku pun berhasrat tentang ilmu. Nilai-nilai yang bisa aku tanamkan pada diri sendiri maupun kusampaikan kepada oranglain. Mari Awali Ini Dengan Bismillah Agar setiap langkah kita ke depan menjadi berkah. Orangtua sudah mendidikku sedemikian keras, sampai-sampai mereka kesampingkan diri. Akan kubalas, bagaimanapun caranya. Rasa sayang kepada keduanya begitu mendalam belakangan ini. Saat-saat mereka semakin renta, dan belum satu pun kebanggaan hakiki yang bisa kuukir pada senyum keduanya. Pak, Mak, kupohonkan rida kalian, agar aku semakin mantap menjejak masa depan. Bertebar