Mimpi Buruk Bangsa Keminggris

Dua minggu lalu, dunia hiburan di Tanah Air digegerkan dengan kematian seorang pemeran laki2 yang cukup terkenal lantaran sebelumnya ia beristrikan seorang bintang masyhur. Dalam suasana duka, seorang sahabat dari sepasang suami istri artis itu bercuit di twitter, ia tak bisa berkata apa2 saat sahabatnya mengungkapkan isi hati setelah kepergian sang suami, “It is like a nightmare, but it is real.”

Dalam keadaan belasungkawa, saya membaca cuitan itu dengan hati masygul. Dengan suasana hati yang demikian berduka si artis masih sempat berbahasa Inggris, bahasa yang bukan bahasa ibunya. Mungkin saja ia berbahasa Inggris dengan almarhum suami dan anak, namun yang membuat saya takjub adalah betapa bahasa Inggris sudah merasuki alam bawah sadar manusia Indonesia, paling tidak mereka yang hidup di kota besar.

Saya sangat rewel dengan urusan keminggris ini, sebab bahasa Indonesia adalah benteng terakhir harga diri bangsa Indonesia. Andai saya boleh dan mungkin, saya akan memaki atau paling tidak memarahi mereka orang Indoesia yang keminggris tidak pada tempatnya.

Bukanlah saya menolak kita menguasai bahasa asing, namun mbok yaho itu bahasa dipakai pada tempatnya. Dugaan saya, mereka yang keminggris ini berusaha menunjukkan perbedaan sisi intelektualitas dengan mereka yang tidak bisa bahasanya David Beckham itu. Saya punya alasan kuat, orang Indonesia memang suka melakukan diferensiasi diri, lihat saja dari penamaan anak, hampir orangtua jaman sekarang memberi nama anak mereka seberbeda mungkin.

Sulit membayangkan Indonesia akan sejajar dengan bangsa Jepang yang dikenal bangga akan budayanya, atau Perancis yang konon sulit sekali memberi tempat pada kata2 serapan sekalipun. Padshal katanya bahasa menunjukkan bangsa. Maka tidaklah perlu kita takjub jika ada seorang tokoh keliling dunia mendatangi kantong2 diaspora Indonesia dan teriak2 soal nasionalisme, sementara dia di rumah berbicara dengan bahasa Inggris pada anaknya. Jika ada di antara pembaca tulisan ini yang menganggap saya terlalu berlebihan, silakan. Faktanya demikian, mulai dari papan iklan, nama gedung, sampai nama pemukiman yang sebenarnya tidak cocok memakai nama asing, hampir semuanya kini diinggriskan. Maka, izinkan saya mengatakan penyakit keminggris bangsa Indonesia ini is like a nightmare, but it is real..

Tabik!

Comments

Popular posts from this blog

Disiplin Diri

Gunung

Piala Dunia