Disiplin Diri

Saat keterlibatanmu membangun sistem bak gayung tak bersambut, yang tersisa hanya disiplin.

Lebih dari setengah tahun sepulangku dari Australia, semangat untuk tetap membawa mentalitas bangsa barat ini masih membara. Namun sampai kapan bara ini akan terus menyala, aku tak tahu.

Jadwal wawancara yang 'ngaret', jam buka kantor yang 'molor', antrian di lampu lalin yang semrawut, dan bejibun ketidakdisiplinan lain yang lama-lama tidak hanya harus aku maklumi, tapi juga harus aku imbangi.

"Sepertinya kamu masih terbawa kebiasaan di sana, ya?" sergah seorang kawan yang melihatku gusar menyikapi tak kunjung munculnya narasumber.

Sebenarnya bukan sejak di Negeri Kanguru saja aku mencoba disiplin. Mungkin sejak 2017 aku mengurangi hal-hal tak perlu, seperti tidur sampai larut. Mencoba rajin ke mesjid setiap subuh membuatku rutin tidur lebih awal dan dari sana segala sesuatunya seperti mengatur dengan sendirinya: sarapan dan mandi sebelum jam 9 WIB, ke mesjid setiap adan berkumandang, mengetik berita sebelum jam 17 WIB, dll.

Aku terlambat memahami pentingnya disiplin dalam sebuah sistem. Aku baru tahu kalau membenahi tim nasional sepakbola tidak hanya membina kualitas pemain, tapi juga mentalitasnya. Semua jadi lazim, Indonesia selalu gagal lolos ke turnamen penting karena tidak ada disiplin dalam diri pemain. Kebiasaan mengkonsumsi gorengan dan keluar malam ternyata berimbas pada daya tahan tubuh hingga ke permainan. 

Dalam cakupan yang lebih luas, mentalitas kolektif juga mempengaruhi keadaan pikiran pesepakbola kita. Ketertiban berkendara di jalan sampai tata letak sandal di masjid mempengaruhi keadaan pikiran para pemain di lapangan.

Sistem yang baik diawali dari disiplin diri.

Terlahir dan dibesarkan dalam keluarga serta lingkungan yang tak begitu paham soal tata kelola sistem, aku merasa beruntung karena begitu dewasa aku dipertemukan dengan manusia dan komunitas yang bisa memberikan wawasan dan pandangan lebih luas tentang kemajuan dalam hidup.

Aku berutang banyak pada orang Australia: kerja kerasnya, kedisiplinannya, ketaatannya pada sistem, keteguhannya untuk diam (orang Australia jauh lebih pendiam dari orang Solo sekali pun), dan keinginan untuk maju.

Aku juga berutang pada bangsaku, tanggungan untuk membantu membangun kebaikan negeri di segala lini. Aku pikir yang bisa kulakukan sejauh ini adalah dengan disiplin diri.

Menjadi disiplin berarti mandiri, tidak merepotkan orang lain, yang paling penting adalah menjadi bagian dari perbaikan sistem.


Comments

Popular posts from this blog

Gunung

Piala Dunia