Tentang Idola

Sabtu siang (23/10) sehabis mandi saya iseng-iseng buka facebook. Salah seorang teman yang bekerja di media nyetatus bahwa majalah Rolling Stone Indonesia (RSI) akan mengadakan workshop tentang bisnis musik di aula SMA N 1 Semarang. Saya otomatis tergopoh-gopoh. Rolling Stone adalah majalah musik kesukaan saya. Jarang sekali ada kesempatan begini. J Sesampainya di sana segera saya mendaftarkan diri. Gratis plus bingkisan berupa majalah RSI edisi November 2009 dengan kover Madonna (lucky me, edisi ini saya ketinggalan, :p). Beberapa menit kemudian acara dibuka oleh Wendi Putranto, staff editor RSI yang juga mantan manajer band The Upstairs. “assalamu’alaikum SMA Satu!!” Salam pembuka Wendi lalu dijawab dengan koor panjang hadirin, “wa’alaikumsalaaam!!!”. Siang itu RSI bekerjasama dengan Yamaha mengadakan pelatihan bisnis musik bagi pelajar SMA, selain Semarang Workshop ini juga didakan di Jogjakarta dan Bandung. Tujuannya tak lain adalah memberikan semacam pedoman bagi para pelajar yang tertarik untuk ‘hidup dari musik’. Begitu selesai berbasa-basi, dipanggillah kedua pembicara yaitu Arian13 dan Kikan eks-Coklat. Penampilan nama pertama (yang saya tunggu-tunggu, \m/) ternyata jauh dari yang saya bayangkan. Sebagai musisi cadas, Arian13 tidak menunjukkan kegarangannya sama sekali. Justru kalem dan.. charming. Kikan yang dua kali menjanda (cerai dari Yuke dan Coklat :D) tampak kurus. Dia sedang mempersiapkan album solo pertamanya. Pertanyaan yang diajukan Wendi selaku moderator adalah seputar perjalanan awal dua biduan hingga menjadi sesukses sekarang dan sukadukanya. Arian13 menjawab dulu. Sebagai anak professor tentu dulu diarahkan untuk mengikuti jejak sang ayah. Namun setan berkata lain, racun musik cadas yang pertama ia dengar, Black Sabbath, mulai menjalar di tubuhnya. Walau kesan pertama justru jatuh pada Beach Boys dari kaset pemberian ayahanda. Dulu dia rajin ke toko kaset. Saat melihat sampul album sebuah band metal dia langsung kesengsem. “Setan! Ini gua banget!!”. Tahun 1990 ia membaca sebuah majalah yang mengulas tentang rencana Sepultura main di Jakarta. “Saat itu saya bilang ke ibu, “Mama! Saya pengen jadi Max Cavalera!””. Hadirin riuhrendah. Lain Kikan yang jatuh cinta pada The Cranberries, sehingga corak suaranya pun memiripkan diri dengan langgam khas Dolores O’riordan. Kikan, ibu dua anak, memulai hobi bernyanyinya saat sekolah dasar. Sembari belajar piano dia mulai mengumpulkan rekan untuk membentuk band. Band pertamanya bernggotakan 4 orang cewek tanpa instrumen gitar. Band pertama Arian13 dibentuk saat SMP. Tadinya ia berperan sebagi penggebuk drum. Tapi belakangan ia sadar bahwa tugasnya adalah menyanyi. Di masa itu dia rajin mengoleksi majalah skateboard di mana terdapat ulasan tentang band-band punk. “Itulah kenapa saya lebih suka berteriak saat menyanyi, musikalitas saya berangkat dari punk”. Saat ditanya apakah rocker macam dia pernah romantis dengn pacar di menjawab tak tahu. Dia hanya pernah memberi kejutan pada Syarin, kekasihnya, saat berulang tahun. Syarin yang ngefan berat dengan grup indie pop Amrik, ‘Tresspase Williams’, mendapat kartu ucapan dari band itu. “Saya yang minta, saya sengaja e-mail mereka”. Tepuk tangan! Sebagai seorang pejuang musik indie, Arian13 tampak bebas sekali dalam berbicara. Sesekali candaan sarkastiknya muncul. Wendi yang sudah mafhum dengan tingkahnya hanya tersenyum, tapi bagi saya itu keren. Saya tipikal orang yang mengagumi sesuatu secara keseluruhan. Walaupun itu bukan bagian dari substansinya. Dan Arian13 menambah keyakinan saya tentang bagaimana totalitas yang sebenarnya. Totalitas dalam menyukai sesuatu yang berkaitan dengan idealisme. 15 tahun bukanlah waktu yang pendek. Berangkat dari scene indie Bandung kini ia berubah menjadi legenda hidup yang namanya dsegani di kancah underground nasional. Usahanya tak sia-sia. Selain Seringai ia juga punya usaha lain yaitu toko baju hasil patungannya dengan sang bassis, Sammy, bernama Howling Wolf. Arian13 juga mampu menghidupi ibundanya, orang yang banyak kehilangan uang di masa lalu karena dicuri putranya buat nge-band. “Saya perbulan mengirim ibu saya 40 juta. Tapi sekarang berkurang, jadi 32 juta…”. Hehehe! Saat ditanya, bagaimana menghadapi tawaran major label untuk bergabung, terutama pertanggungjawabannya pada penggemar, Arian menjawab bahwa musisi indie harus punya bargaining power atau posisi tawar. Tanyakan pada label apa yag bakalan kita dapat jika bergabung. Pastikan ada timbal baliknya. Hal ini perlu karena menyangkut idealisme yang telah kita perjuangkan. “Saya menolak major label karena saya tak mau didikte. Kalaupun jadi, saya bakal cerewet.” Ungkapnya suatu kali. Beberapa tahun yang lalu Arian13 sempat bekerja sebagai jurnalis musik di majalah Trax. Dia termasuk salah seorang penggagas media itu. Tulisan-tulisannya merupakan salah satu yang saya kagumi, terutama saat dia melakukan wawancara atau live report. Suatu ketika dia mewawancarai The rasmus, saat menutup interviu dia meminta sang vokalis untuk menerjemahkan kata-kata kasar ke dalam bahasa Finlandia! Sampai sekarang saya masih menunggu waktu untuk melakukannya juga. :p Lulus dari Trax dia kemudian gabung dengan majalah Playboy. Di sana ia menjadi redaktur pelaksana. Namun sayang, majalah itu tak berumur lama karena tekanan dari sebuah beberapa pihak. Keadaan menganggur tak membuat Arian berhenti berkarya. Dalam masa paceklik itu dia menulis sebuah lirik yang kelak menjadi lagu andalan di album Seringai berikutnya, Serigala Militia. Judulnya Mengadili Persepsi (Bermain Tuhan). Isinya berupa kritikan terhadap sekelompok orang yang mengaku sebagai wakil Tuhan. Mereka ini yang termasuk kontra pada majalah Playboy dan sempat melakukan pengrusakan kantor redaksi. Arian juga pernah diperiksa aparat gara-gara desain kaos di tokonya yang katanya bikin kuping polisi merah. :0 Terlepas dari itu semua, Arian13 adalah sosok yang cukup baik untuk dicontoh. Kecintaannya dengan hobi bermusik, idealismenya, serta kegigihannya mengejar cita-cita patut untuk diilhami setiap anak muda, termasuk saya. Dari harubiru cerita Arian13 terbetik pula satu kesimpulan, bahwa rocker juga manusia (tabik buat Seurieus). Keep rockin! Syemarang 4 November 2010

Comments

Popular posts from this blog

Disiplin Diri

Gunung

Piala Dunia