Hidup Secara Profesional Demi Kemajuan Bangsa, Sanggupkah Kita?

Lampu merah di pertigaan RSUP Dr Kariadi hampir berubah warna menjadi hijau. Seorang pengemudi ojek online seketika menjadi pusat perhatian karena tiba-tiba dia memarkir motornya dan  erjalan ke tengah. Ia menghampiri sedan yang tengah berhenti di antara kendaraan lain. Mukanya memperlihatkan penyesalan dengan tersenyum simpati, sementara kedua telapak tangannya mengatup menunjukkan permintaan maaf. Rupa-rupanya baru saja terjadi insiden di antara kendaraan mereka.

Itu terjadi pada hari Minggu (26/5) kemarin. Saat saya sedang melintas di lokasi kejadian. Peristiwa antara tukang ojek online dan pengendara sedan itu menarik perhatian saya karena si tukang ojek begitu tulus menunjukkan perasaannya. Satu yang terbetik di hati, mengapa kita jarang menemui hal yang demikian?

Jika melihat keadaan waktu itu dan berkaca pada peristiwa serupa yang sudah-sudah, saya pikir bisa saja dia memilih terus melaju alih-alih berhenti dan meminta maaf. Tanpa berniat memandang negatif si tukang ojek, dengn penampilannya yang waktu itu terlihat kusut dan dekil orang akan cenderung menilai lazim jika ia memilih kabur. Tapi dengan segala kebersahajaannya, tukang ojek yang klu tidak salah bertubuh ceking dan berambut gondrong itu justru menunjukkan sikap manis dan profesional.

Kata yang terakhir lagi-lagi memantik tanya di benak saya, apakah orang Indonesia harus profesional di segala bidang agar bangsa kita semakin tertib, beradab, dan maju? 

Lihatlah dan bandingkan antar pelayan warung makan biasa dengan pelayan di restoran berharga mahal. Penjaga toko kelontong dan karyawan di mal. Pedagang bensin eceran dan petugas SPBU. Tidak bisa digebyah uyah memang, ada pula pelayan warung atau penjaga toko yang tidak kalah ramah, api lebih sering kita temui pekerja-pekerja tersebut lebih ramah jika mereka bekerja dengan tuntutan secara pofesional.

Saya sendiri sudah menyaksikan, bangsa-bngsa maju yang meski secara budaya tak sekaya kita namun mereka begitu disiplin dan bertanggung jawab di segala bidang, terutama berkaitan dengan interaksi dengan sesama manusia sebagai makhluk sosial. Di Australia contohnya, orang akan dengan mudah meminta maaf jika mereka bersenggolan di jalan meski sebenarnya ia tidak bersalah.

Keramahan dan kepedulian berkaitan erat dengan didikan dan filosofi hidup seseorang. Jika keduanya tidak kita dapatkan dan terapkan dengan baik sejak kecil, mustahil pada diri kita akan terbentuk sikap dewasa dan berd tanggung jawab, dan salah satu cara mengakalinya dengan keprofesionalitasan. Pertanyaannya, sudah siapkah kita?

Comments

Popular posts from this blog

Disiplin Diri

Gunung

Piala Dunia