Gudeg

Pembeli: tutup dugi kapan, Mas?

Penjual: mungkin Maret, Bu. Dua minggunan. Mangke kula pasang tulisan.


Percakapan tersebut saya dengar di sebuah warung sarapan di kawasan Condongcatur, Depok, Sleman pada Minggu (18/2/2018) pagi tadi. Bukan percakapan yang istimewa untuk saya bicarakan, namun ada yang menarik dari kata-kata yang bergulir dari mulut si penjaja gudeg pinggir jalan itu. 
Penggunaan kata mungkin dan dua minggunan‎ pada penyampaiannya membuat kening saya mengerenyit. Orang Jogja selama ini -di mata saya- dikenal sebagai masyarakat penutur bahasa Jawa tulen yang jauh dari kata-kata serapan bahasa indonesia.  Saya lumayan paham karena hampir dua tahun tinggal di kota ini. Meski sama-sama berbahasa Jawa, orang pantura macam saya tidak bisa dibandingkan dalam penguasaan tembung Jawa dengan cah Jogja yang hidup dengan pengaruh keraton yang kental. Tapi dewasa ini kekentaraan itu semakin pudar, generasi muda Jogja pun terdampak dalam gejala kemindon (maaf jika istilah ini terkesan memaksa).

Gejala semacam ini terjadi tidak hanya di daerah. Di Jakarta dan kota-kota besar lain generasi muda juga mengalami hal serupa, yakni ketika mereka lebih percaya diri memakai kata-kata dan istilah-istilah keminggris. Ini bukan omong kosong, sila saja cek media sosial dan kita akan menemukan kata-kata asing yang dipaksakan beradu dengan kata-kata lokal dalam bahasa Indonesia.

"Izin share, ya!" kata seseorang dalam grup Whatsapp.

"Keep contact, lho!" ujar serang kawan kepada kawan lain dalam kolom komentar di facebook.‎

Think global, act local. Kuasa bahasa asing, permahir bahasa Indonesia, jangan lupakan bahasa daerah. Sudah banyak usaha untuk melestarikan bahasa daerah dan menyelamatkan bahasa Indonesia dari gangguan bahasa asing (terutama Inggris). Namun dorongan dari luar tersebut sebaiknya didukung juga dengan kepedulian kita. Rasa segan untuk berbahasa yang bukan pada tempatnya, atau perasaan bangga jika kita bisa menuturkan bahasa daerah sendiri, itu yang harus ditanamkan dalam diri.

Comments

Popular posts from this blog

Disiplin Diri

Gunung

Piala Dunia